Jumat, 04 Oktober 2024

CP 032 - 2024 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA FASE A - C

 

CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP) BAHASA INDONESIA

SD NEGERI 16 KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

Elemen

Fase A

Fase B

Fase C

Menyimak

 

 

 

 





Membaca dan Memirsa

 

 

 

 

 

 

 












Berbicara dan Mempresentasikan

 

 

Peserta didik mampu bersikap menjadi pendengar yang penuh perhatian. Peserta didik menunjukkan minat pada tuturan yang didengar serta mampu memahami informasi dari media audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), instruksi lisan, dan percakapan yang berkaitan dengan diri, keluarga, dan/atau lingkungan.

Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan pemirsa yang menunjukkan minat terhadap teks yang dibaca atau dipirsa. Peserta didik mampu membaca kata-kata yang dikenali sehari-hari dengan fasih. Peserta didik mampu memahami informasi dari bacaan dan tayangan yang dipirsa tentang diri dan lingkungan, narasi imajinatif, dan puisi anak. Peserta didik mampu memaknai kosakata baru dan/atau kosakata Bahasa Indonesia serapan dari bahasa daerah dari teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi.

 




Peserta didik mampu berbicara dengan santun tentang beragam topik yang dikenali menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mampu merespons dengan bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi komentar orang lain (teman, guru, dan/atau orang dewasa) dengan baik dan santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan perasaan dan

Peserta didik mampu memahami ide pokok (gagasan) suatu pesan lisan, informasi dari media audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan instruksi lisan yang berkaitan dengan halhal menarik di lingkungan sekitar. 



Peserta didik mampu memahami dan memaknai teks narasi yang dibacakan atau dari media audio.

Peserta didik mampu membaca kata-kata baru dengan pola kombinasi huruf yang telah dikenali dengan fasih. Peserta didik mampu memaknai kosakata baru dan/atau kosakata Bahasa Indonesia serapan dari bahasa daerah dari teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa mengenai hal-hal menarik di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi tentang kehidupan sehari-hari, teks narasi, dan puisi anak dalam bentuk cetak atau elektronik. Peserta didik mampu memahami ide pokok dan ide pendukung pada teks informatif dan teks narasi.

Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata dan sikap tubuh/gestur yang santun, menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mampu terlibat secara aktif dalam suatu percakapan dan diskusi sesuai tata cara. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu informasi yang dibaca atau didengar dari teks narasi mengenai hal-hal menarik di

Peserta didik mampu menganalisis informasi dengan mengidentifikasikan ciri objek, urutan proses kejadian dan nilainilai dari berbagai tipe teks nonfiksi dan fiksi yang disajikan dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan audio.

 


Peserta didik mampu membaca kata-kata dengan berbagai pola kombinasi huruf dalam kata dengan fasih dan indah. Peserta didik mampu memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter. Peserta didik mampu menganalisis informasi dari berbagai tipe teks serta nilainilai yang terkandung dalam teks sastra dari teks visual dan/atau audiovisual. Peserta didik mampu membaca hasil pengamatan.

 








Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks. Peserta didik mampu menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik mampu memilih kata yang tepat sesuai dengan norma sosial budaya. Peserta didik mampu menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik mampu


 

Elemen

Fase A

Fase B

Fase C

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menulis

gagasan secara lisan dengan atau tanpa bantuan gambar/ilustrasi. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu isi informasi yang dibaca atau didengar; dan menceritakan kembali teks narasi yang dibacakan atau dibaca dengan topik diri, keluarga, dan/atau lingkungan.

 






Peserta didik mampu menunjukkan keterampilan menulis permulaan dengan benar di atas kertas dan/atau melalui media digital. Peserta didik mampu mengembangkan tulisan tangan yang semakin baik. Peserta didik mampu menulis berbagai teks tentang diri, keluarga, dan/atau lingkungan dengan beberapa kalimat sederhana

lingkungan sekitar.

 

 

 

 







Peserta didik mampu menulis berbagai teks sederhana dengan rangkaian kalimat yang beragam dan informasi mengenai hal-hal menarik di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu menggunakan kaidah sederhana kebahasaan dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif untuk menulis teks sesuai dengan konteks. Peserta didik terampil menulis kalimat dalam tulisan Latin dan tegak bersambung.

 

menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk karya sastra dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mampu mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif.

 

Peserta didik mampu menulis berbagai teks sederhana berdasarkan gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi. Peserta didik mampu menuliskan hasil pengamatan yang menjelaskan hubungan kausalitas (sebab akibat) untuk meyakinkan pembaca. Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan norma sosial budaya. Peserta didik mampu menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik mampu menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk karya sastra dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik terampil menulis teks dalam tulisan Latin dan tegak bersambung.

 

 

Mengetahui,

Kepala SDN 16 Kec. Pontianak Timur

 

Pontianak,    Juli 2024

Guru Kelas IVB

 

 

 

Lisma Samosir, S.Pd, SD.

NIP. 19690223 199203 2 002

 

Yulis Nurmayanti, S.Pd

NIP. 19890707 202012 2 009

 


Jumat, 16 Mei 2014

mencari rumus luas segitiga dari rumus persegi panjang

PENYEBAB TERJADINYA MASALAH BELAJAR DAN PENYEBAB KELAINAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENYEBAB TERJADINYA MASALAH BELAJAR DAN  PENYEBAB
KELAINAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


MAKALAH


Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Bimbingan di Sekolah Dasar
dan Anak Berkebutuhan Khusus yang dibina oleh Dra. Hj. Nursyamsiar. T

Oleh
Yulis Nurmayanti (NIM F32112023)
Shelly Lavenia (NIM F32112065)










PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat sehingga penulis telah dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan pada nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan di Sekolah Dasar dan Anak Berkebutuhan Khusus dengan judul “Penyebab Terjadinya Masalah  Belajar dan Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus”
Dalam penyelesaian ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada anggota kelompok dan dosen mata kuliah ini..
Penulis menyadari bahwa penulisan mKlH ini masih belum sempurna, baik dari segi isi, teknik penulisan maupun teknik penyajian. untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.


Pontianak,       April 2014



Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Ketika ibu melahirkan bayinya, ternyata bayi yang dilahirkan tidak menangis, tidak ada reaksi dengan suara, tidak ada kontak mata terhadap orang disekitarnya, tidak ada reaksi terhadap sinar lampu, getaran, atau kemungkinan kepala membesar atau bahkan  mengecil.  Permasalahannya adalah, mengapa anak menjadi Anak Berkebutuhan Khusus?
Banyak cerita dari ibu-ibu yang melahirkan anaknya dengan susah payah sehingga memerlukan pertolongan alat kedokteran, minum-obat-obatan, atau kehabisan air ketuban sehingga bayi tidak dapat bernafas atau warna mata menjadi kuning, dan lain-lain. Cerita itu juga ditambah bahwa  ibu mengandung anak tidak dikehendaki, sehingga orangtua berusaha menggugurkan kandungannya dengan minum obat tradisional atau dipijat ke dukun bayi, hal ini menyebabkan anak lahir cacat atau mereka memiliki hambatan dalam penglihatannya, pendengarannya, kecerdasannya ataupun fisiknya sehingga dikatakan anak menjadi cacat dan Anak Berkebutuhan Khusus.
Selain itu pada dasarnya dari setiap jenis masalah yang terjadi pada setiap individu banyak sekali macamnya dan berlatar belakang yang berbeda-beda. Ada yang menilai nahwa masalah merupakan suatu hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Masalah belajar adalah ketidak mampuan individu dalam dirinya yang harus dihilangkan dengan adanya perubahan tingkah laku melalui proses interaksi dengan lingkungan. Atau masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya.
Kondisi  tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak mengguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

B.       Masalah
Melalui uraian penjelasan diatas, maka yang menjadi masalah umum dalam makalah ini adalah “Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya masalah belajar dan penyebab kelainan pada anak berkebutuhan khusus?”
C.      Tujuan
Tujuan mkalah ini adalah untuk dapat mengetahui faktor apa saja penyebab terjadinya masalah belajar dan penyebab kelainan pada anak berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Penyebab terjadinya masalah belajar pada daarnya dari setiap jenis  masalah, khususnya dalam masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatar belakangi. Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat melaksanakan  tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadinya masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat komplek.
Ada dua kategori yang menyebabkan timbulnya suatu masalah dalam belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal.

1.        Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri (Internal)

a.      Tingkat kecerdasan rendah
Taraf kecerdasan atau kemampuan dasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Kemampuan dasar yang tinggi pada seseorang anak memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan persoalan baru dengan tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya, tingkat kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar.
b.      Kesehatan sering terganggu
Belajar tidak hanya melibatkan pikiran, tetapi juga jasmaniah. Badan yang sering sakit-sakitan, kurang gizi dan tidak berdaya, dapat membuat seseorang tidak berdaya, tidak bersemangat dan tidak memiliki kemampuan dalam belajar yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
c.       Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik
Penglihatan dan pendengaran merupakan alat indera yang terpenting untuk belajar. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari dunia luar tidak mungkin dapat diterima dengan baik dan murid tidak dapat menerima dan memahami bahan – bahan pelajaran, baik yang disampaikan langsung oleh guru maupun buku – buku bacaan.
d.      Gangguan alat perseptual
Setelah sesuatu pesan yang diterima oleh mata dan telinga, langkah berikutnya dalam proses belajar adalah mengirimkan pesan itu ke otak, sehingga pesan itu dapat ditafsirkan. Langkah ini disebut persepsi. Apanya sebenarnya yang terjadi dalam persepsi adalah proses pengelohan tanggapan baru (yang diterima melalui indera) dengan pertolongan ini akan menghasilkan dan memberikan arti atau makna tertentu kepada tanggapan yang diterima.
Namun, persepsi itu bias juga salah apabila ada gangguan – gangguan pada alat perceptual.



e.       Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik
Ternyata terdapat hubungan yang berarti antara cara-cara belajar yang diterapkan dengan hasil belajar yang dicapai. Ini berarti bahwa murid yang cara- cara belajarnya lebih baik cenderung memperoleh hasil yang lebih baik pula, dan demikian juga sebaliknya.

2.        Faktor-faktor yang bersumber dari luar/lingkungan (eksternal)

a.      Kemampuan ekonomi orang tua kurang memadai
Hasil belajar yang baik tidak hanya diperoleh dengan mengandalkan keterangan yang diberikan oleh guru namun juga membutuhkan alat-alat yang memadai. Sebagian alat pelajaran tersebut harus disediakan sendiri oleh murid- murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang ekonominya kurang memadai tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya secara memuaskan yang akhirnya murid yang bersangkutan akan menanggung risiko-risiko yang tidak diharapkan.
b.      Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tuanya
Terdapat orang tua yang beranggap bahwa tugas mendidik hanya tugas sekolah saja. Oleh karena itu, para orang tua yang seperti ini selalu sibuk dengan pekerjaan mereka untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Mereka tidak memiliki waktu untuk memperhatikan dan mengawasi anak – anaknya belajar dan/atau bermain.
c.       Harapan orang tua terlalu tinggi terhadap anak
Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat mereka memaksa anak – anaknya untuk selalu rajin belajar dan memperoleh nilai tinggi tanpa mempertimbangkan kemampuan yang mereka miliki. Bagi murid yang tidak memiliki kemampuan seperti itu akan menganggap tuga dan harapan itu sebagai suatu siksaan dan pada akhirnya menimbulkan putus asa dan tak acuh.
d.      Orang tua pilih kasih terhadap baik
Keadaan anak dalam suatu keluarga tidak selalu sama. Ada orang tua yang menolak anak yang keadaannya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Penolakan tersebut tidak dinyatakan secara langsung namun ditampilkan dalam bentuk perlakuan tertentu. Misalnya dengan melebih-lebihkan anak yang mereka anggap memenuhi harapan mereka dan mengabaikan anak yang tidak mereka harapkan.
e.       Hubungan keluarga tidak harmonis
Orang tua merupakan tumpuan harapan anak – anak. Mereka mengharapkan pendidikan, kasih sayang dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Apabila di dalam keluarga tidak terdapat hubungan yang harmonis maka anak akan merasa tidak aman dan tidak dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar. Hal ini terjadi karena proses belajar belajar memang menuntut adanya ketenangan dan ketentraman di rumah.
f.       Kondisi Lingkungan sekolah
Kondisi – kondisi sekolah yang dapat menimbulkan masalah pada muris antara lain adalah kurikulum kurang sesuai, guru kurang menguasai bahan pelajaran, metode mengajar kurang sesuai, alat – alat dan media pengajaran kurang memadai.

3.        Upaya-upaya yang membantu murid dalam mengatasi Masalah Belajar

Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi murid dalam belajar, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran pengayaan, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar.
a.      Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kekhususan dari pengajaran ini terletak pada murid yang dilayani, bahan pelajaran, metoda, dan media penyampaianya. Oleh karena itu, guru tidak perlu lagi banyak menggunakan metoda ceramah atau metoda diskusi dalam menyajikan bahan pelajaran kepada murid. Guru juga tidak perlu lagi mengulang mengajarkan semua bahan pelajaran yang sudah disampaikan. Pengajaran dipusatkan pada bahan-bahan pelajaran yang belum dikuasai dengan baik oleh murid, dengan jalan memberikan penjelasan seperlunya, mengadakan Tanya-jawab, demonstrasi, latihan, pemberian tugas dan evaluasi. Berkenaan dengan hal ini, Bradfield (dalam Travers, 1970) menyarankan:
1)        Berikan tugas-tugas singkat tentang hal-hal yang harus dikerjakan oleh murid dengan mempertimbangkan juga penyelesaian tugas-tugas sebelumnya.
2)        Pastikan bahwa murid telah memahami secara baik tentang apa yang harus dikerjakanya.
3)        Selang-selingilah waktu pertemuan dengan kegiatan-kegiatan lain, dan secara bertahap tingkatkan lama waktu pertemuan.
4)        Hindari memberikan petunjuk secara panjang lebar dan sukar dipahami murid.
5)        Petunjuk-petunjuk mengerjakan tugas hendaklah diberikan bagian per bagian.
6)        Murid hendaklah ditempatkan pada ruangan yang bebas dari pengaruh-pengaruh atau perangsang-perangsang yang dapat mengganggu pemusatan perhatiannya.
7)        Berikan sebanyak mungkin dorongan agar murid mau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
8)        Jagalah agar suasana perasaan murid selalu dalam keadaan stabil dan tenang.
9)        Hindarilah pemberian tugas-tugas yang berat dan usahakan menumbuhkan suatu kecintaan untuk belajar secara baik dan rapi serta mempunyai sikap positif dalam bekerja.
b.      Pengajaran Pengayaan
Pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus diberikan kepada murid-murid yang sangat cepat dalam belajar. Melalui pengajaran pengayaan murid memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang yang dipelajarinya.
Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan jalan menugasi murid:
1)        Membaca pokok/sub pokok bahasan yang lain yang bersifat perluasan atau pendalaman dari pokok/sub pokok bahasan yang sedang dipelajari,
2)        Melaksanakan kerja praktek atau percobaan-percobaan, dan
3)        Mengerjakan soal-soal latihan.
c.       Pembinaan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang baik
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan, antara lain oleh Rosmawati (1983) dan A. Muri Yusuf (1984) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara sikap dan kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Ini berarti bahwa murid yang mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang baik, dan demikian pula sebaliknya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuh-kembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dari diri murid adalah:
1)   Membantu murid menyusun rencana belajar yang baik. Renvana ini memuat pokok dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2)   Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar didalam kelas, sebagian besar kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir.
3)   Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk kepada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4)   Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3(Survey, Question, Read, Recite, Write dan Review) yang dikembangkan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5)   Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapi.
6)   Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk ini diperlukan adanya pemantau dan pengawasan yang berkesinambungan.
7)   Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat.
8)   Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratf penyelenggaraan ujian.

d.      Meningkatkan Motivasi Murid untuk Belajar
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mengerahkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting dan menentukan pencapaian tujuan belajar. Di sekolah sering ditemukan murid – murid yang malas dalam belajar. Murid seperti ini tidak sewajarnya dibiarkan begitu saja, karena akan dapat mengurangi efektivitas belajar murid itu sendiri yang pada akhirnya murid itu tidak dapat mencapai tujuan

B.           Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Sebagai makhluk beragama akan yakin bahwa anak berkebutuhan khusus lahir ke dunia di samping sudah menjadi taqdir yang Mahakuasa, tetapi sebagai manusia yang berkecimpung di dunia keilmuan perlu mengkaji, dan mengidentifikasi mengapa hal itu bisa terjadi. Karena di samping takdir bisa  juga karena ada faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Banyak faktor penyebab terjadinya anak berkebutuhan khusus menjadi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan lain-lain. Banyak para pakar telah mendapatkan faktor-faktor penyebab terjadinya hambatan/kelainan sehingga dapat di bagi menjadi tiga fase yaitu: masa pre natal, natal dan post natal.
Mengkaji penyebab anak mengalami kelainan, dan ditambah dengan hasil-hasil riil penelitian keilmuan dilapangan, juga upaya-upaya yang di lakukan oleh para pelaku pendidikan dan ahli medis, akan lebih mencermati untuk mencari solusi menuju ke arah kesembuhan, atau setidaknya mengupayakan optimalisasi perkembangannya agar mereka dapat hidup mandiri, dan termotivasi untuk  dalam mengembangkan kemampuannya sebagai anggota masyarakat yang produktif.
Dari berbagai kajian pustaka maupun pengalaman lapang, faktor-faktor penyebab anak menjadi berkebutuhan khusus, dilihat dari waktu kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi, yaitu kejadian sebelum kelahiran, saat kelahiran dan penyebab yang terjadi lahir.
1.        Peristiwa Pre natal ( sebelum kelahiran )
Ketunaan yang terjadi pada anak ABK yang terjadi sebelum masa kelahiran dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal sebagai berikut:
a.      Karena Penyakit.
Berbagai penyakit khusus ditengarai dapat menyebabkan kelainan pada janin yang masih berada dalam kandungan ibu diantaranya adalah:

1)   Virus Liptospirosis, virus ini bersumber dari air kencing tikus, yang masuk ke tubuh ibu  yang sedang hamil. Jika virus ini merembet pada janin yang sedang dikandungnya melalui placenta maka ada kemungkinan anak mengalami kelainan.
2)   Virus maternal rubella  atau dalam dunia awam disebut dengan morbili atau  campak Jerman. Virus retrolanta Fibroplasia (RLF) yang menyerang ibu yang sedang hamil dan janin yang dikandungnya. Penyakit ini merusak jaringan kulit sampai mengenai persyarafan disertai demam tinggi dalam waktu lama, sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga kemungkinan akan timbul kecacatan pada bayi yang lahir.
3)   Penggunaan obat-obatan kontrasepsi yang salah pemakaian, dan tidak dengan petunjuk ahlinya, dapat pula mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, sehingga tidak  berkembang secara wajar.
4)   Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan janin  tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal,  sehingga mempengaruhi pertumbuhan syaraf-syaraf di otak yang dapat menyebabkan  gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
5)   Penyakit menahun seperti TBC dapat mengakibatkan kalainan pada metabolisme ibu, kondidi ini dapat  merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan, dan pada gilirannya akan menyebabkan ketunaan pada aspek tertentu.
6)   Infeksi karena penyakit kotor ( penyakit kelamin /sipilis yang diderita ayah atau ibu sehingga mempengaruhi terhadap janin sewaktu ibu mengandung), toxoplasmosis( dari virus binatang seperti bulu kucing ), trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata , dan pendengaran akibatnya kerusakan pada selaput gendang telinga.
7)   Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi /timbel sehingga ibu keracunan yang mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.

b.      Penyebab Lain
1)   Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi di kandungan yang terjadi karena ada gangguan/infeksi pada placenta,
2)   Pengalaman traumatic yang menimpa pada ibu yang sedang hamil sehingga jiwanya menjadi goncang, tertekan yang secara langsung dapat berimbas pada bayi dalam perut,
3)   Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya tidak dapat berkembang secara wajar.
4)   Terjadinya perdarahan pada saat ibu hamil dikarenakan kecelakaan / jatuh atau kelainan pada kandungan yang mengakibatkan kerusakan  pada otak atau organ lainnya.
5)   Terjadi kelahiran muda ( premature ) atau bayi lahir kurang waktu, bayi yang lahir sebelum waktunya, sering meninbulkan ketunaan karena ada perkembangan janin yang mungkin belum semprna.
6)   Karena faktor keturunan. Hal ini pada umumnya terjadi dari hasil perkawinan bersaudara sesama tunanetra,tuna rungu ataupun yang lainnya, atau mempunyai orangtua yang cacat. Contohnya: akibat  tunanetra faktor dari penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan  ( Retinitis Pigmentosa ), Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
7)   Beberapa pakar menyebutkan bahwa kecacatan disebabkan akibat penggunaan sinar X pada waktu ibu hamil muda mengakibatkan kerusakan pada organ telinga. Banyak bayi dilahirkan dengan kondisi kepala kecil Microcepalic, cacat mental, cacat mata, cacat anggota badan, dan celah langit-langit.Bukti yang sangat menyakinkan bahwa radiasi menimbulkan cacat pada bayi dengan menaiknya frekuensi cacat pada microcepalic dan cacat mental pada peristiwa meledaknya om atom di Hirosima.

2.        Natal ( terjadi saat kelahiran )
Proses kelahiran hanya terjadi beberapa saat, namun penanganan yang tidak tepat pada saat proses kelahiran, dapat membawa dampak yang cukup menentukan dalam perkembangan anak. Pada proses melahirkan berbagai resiko yang akan dialami oleh seorang ibu maupun bayinya. Resiko tersebut bisa mengancam keselamatan jiwanya, maupun untuk bayi. Misalnya pada waktu melahirkan, proses melahirkan sangat sulit sehingga harus menggunakan peralatan yang digunakan untuk membantu agar anak dapat lahir. Biasanya peralatan yang digunakan untuk membantu melahirkan seperti vacuum yang dapat menarik kepala anak sehingga anak bisa keluar dari rahim ibu. Dari alat tersebut kepala tertarik sehingga mengakibatkan kerusakan fisik pada kepala, otak, dan sistem saraf pusat dapat menyebabkan keterbelakangan mental.
a.    Aranatal noxia yaitu seorang bayi sebelum dilahirkan suplai oksigen diperoleh dari ibu lewat plasenta dan tali pusar, akan tetapi setelah ia dilahirkan, ia harus memperoleh oksigen dari udara bebas. Karena leher bayi terbelit  atau karena ada lendir pada jalan pernafasan, akibatnya pernafasan bayi tidak dapat normal. Gangguan kerja pernafasan ini dapat mengakibatkan otak kekurangan oksigen atau jaringan otak menjadi mati. Kekurangan oksigen dapat juga karena bayi lahir premature.
b.    Proses kelahiran yang menggunaklan Tang Verlossing (dengan bantuan Tang). Cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga pertumbhan otak kurang dapat berkembang secara maksimal.  Pendarahan otak disebabkan oleh karena luka yang terjadi pada proses kelahiran. Pendarahan ini terjadi karena anoxia maupun karena adanya luka secara fisik di otak. Luka di otak karena penggunaan alat bantu persalinan yang salah dan ceroboh dan tidak profesional, sehingga dapat mengakibatkan luka pada otak atau menekan bagian syaraf tertentu yang dapat mengakibatkan adanya gangguan fungsi syaraf penglihatan, pedengaran atau persyarafan lain yang dapat mengakibatkan gangguan perkembangan otak.
c.    Placenta previa, jaringan yang melekat pada segmen bawah rahim dan menutupi mulut rahim sebagian atau seluruhnya. Sehingga terjadi pendarahan di otak.
d.   Proses kelahiran yang lama, karena pinggul ibu kecil sehingga sulit melahirkan atau kekurangan air ketuban mengakibatkan bayi kekurangan cairan sehingga berpengaruh terhadap penglihatan, pendengaran, otak dan darah sehingga berpengaruh pada perkembangan bayi.
e.    Disproporsi sefalopelvik ( tulang kemaluan ibu yang kurang proposional), sehingga proses kelahiran dapat merusak sistem syaraf otak. Proses kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan bayi kekurangan zat asam/oksigen. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel di otak.Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan tercekik oleh ari-ari ibunya sehingga bayi tidak dapat secara leluasa untuk bernafas yang pada gilirannya dapat mengganggu keadaan otak.
f.     Letak bayi sungsang sehingga kesulitan ibu melahirkan yang mengakibatkan pengaruh perkembangan bayi. Kelahiran bayi pada posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat memperoleh oksigen  cukup yang akhirnya dapat mengganggu perkembangan sel di otak.



3.             Post Natal (Setelah Kelahiran)
Berbagai peristiwa yang dialami anak dalam kehidupannya seringkali dapat mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi otot, dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya adalah:
a.    Seorang anak pada usia 2 tahun menderita penyakit panas sampai satu minggu tidak turun suhu badannya, si ibu tidak segera memeriksakan ke dokter sehingga terjadi luka-luka dan infeksi pada telinga anaknya. Setelah mengetahui bahwa pada telinganya terjadi pembengkakan yang diakibatkan karena luka tusukan benda kecil, yang tidak diketahui sebelumnya. Beberapa hari kemudian dari telinga anak tersebut terdapat cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap. Sehingga akibatnya organ telinga luar ( membrana tympani / gendang telinga rusak ) pada masa kanak-kanak.
b.    Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak (Enchepalitis) yang diakibatkan karena penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak misalnya radang selaput otak akibat radiasi seperti infeksi pada selaput otak, radang otak, infeksi pada organ telinga pada kasus diatas atau akibat kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan fungsi pendengaran, fungsi organ tubuh yag lainnya., yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak menjadi terganggu.  Berbagai penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan Anak Berkebutuhan Khusus.
c.    Terjadi incident (kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak bagian dalam sehingga keadaan otak menjadi terganggu. Traumatik disebabkan oleh pukulan ,tusukan, benturan benda yang mengakibatkan organ tubuh menjadi tidak berfungsi, atau operasi tulang temporal pada telinga, kerusakan tulang-tulang pendengaran yang mengakibatan anak menjadi tuli atau goncangan keras pada kepala dapat menyebabkan kerusakan otak sehingga menjadi anak terbelakang mental.
d.    Kekurangan gizi/vitamin pada usia balita sehingga perkembangan dan pertumbuhan organ tubuh ( otak, telinga, dan bagian tubuh yang lain) akan terhambat sehingga mengakibatkan kelainan.
e.    Diabetes Melitus. Jenis penyakit ini termasuk penyakit berat menahun yang mengenai selurh bagian tubuh manusia melalui pembuluh darah, akibat tertimbunnya gula darah dalam tubuh.Penyakit ini dapat berkomplikasi bersamaan dengan munculnya penyakit lain, pada organ mata apat menyebabkan penyakit berupa retinopathia dan cataracta.Sehingga penderita diabetes mengakibatkan kerusakan pada lensa mata mengakibatkan gangguan penglihatan atau berpengaruh terhadap kebutaan.
f.     Hipertensi. Seseorang yang memiliki kasus hipertensi dapat mengakibatkan arteriosclerosis, penyempitan pembuluh darah atau bahkan pecahnya pembuluh darah pada otak yang memberikan gejala exudasi dan pendarahan retina serta penyumbatan arteri atau vena centralis reina, sehingga mengakibatkan gangguan penglihatan dari tingkat ringan sampai menjadi buta.
g.    Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga (otitis media), malaria tropicana, yang dapat berpengaruh terhadap kondisi badan.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari pembahasan diatas telah diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran, yaitu faktor internal dan eksternal. faktor-faktor penyebab anak menjadi berkebutuhan khusus, dilihat dari waktu kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi, yaitu kejadian sebelum kelahiran, saat kelahiran dan penyebab yang terjadi lahir. Dan upaya apa saja yang dapat guru lakukan untuk membantu murid dalam taraf membimbing dan mendidik murid secara benar. Peran seorang guru sangatlah penting dan sangat diperlukan bagi seorang murid, bantuan guru tidak semata-mata hanyab memberikan materi atau pelajaran saja tapi seorang guru harus mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi murid sampai pada akarnya. Guru harus dapat mengenal muridnya dengan baik dan harus dapat memberikan perhatian hangat agar tercipta suasana yang akrab seperti keluarga.

B.       Saran


Dengan adanya penulisan ini diharapkan kepada calon guru atau yang sekarang dalam profesi guru dapat memahami dan mendalami akan pentingnya peran guru, makna guru yang sebenar-benarnya. Bahwa menjadi seorang guru itu tidak mudah. Seorang guru itu harus hebat, bijaksana, dan profesional. Tetapi tidak tertutup kemungkinann dalam penulisan ini pun masih banyak kekurangan yang tidak diketahui, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kitik agar dapat memperbaiki kekurangan yang tidak kami ketahui.