PENDEKATAN KONSEP SAIN TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)
DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
RESUME
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan IPS di SD
yang Dibina Oleh
Drs. Suhardi Marli, M. Pd
Oleh
YULIS NURMAYANTI
(NIM. F32112023)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
RESUME
Pendekatan
Konsep Sain Teknologi Manusia (STM) dalam Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial
A.
Hakekat
Pendekatan STM
Istilah
STM antara lain: Sains-Teknology-Society (STS), Science Tehcnology
Society and Environtment (STSE) atau sains Teknologi Lingkungan dan
Masyarakat (Salingtemas). Sebenarnya intinya sama yaitu environtment, yang
dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Istilah STM untuk pertama kali
diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning About Scince
and Society” Ia mengemukakan bahwa konsep-konsep dan proses sains
seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari. (Iim Wasliman. 2002:26).
STM merupakan pendekatan terpadu antara
sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan pendekatan STM
adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,
sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya. (Iskandar. 1996).
Keterpaduan dalam sains sebenarnya
terdiri dari beberapa pola, antara lain keterpaduan proses dan produk,
keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar bidang, dan keterpaduan berbasis
persoalan. Bagi peserta didik SD, khususnya untuk kelas tinggi memiliki
kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena idealnya untuk
pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang studi. Sedangkan
untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti pola keterpaduan
antar bidang, karena biasanya masih menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan
antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik.
Melalui proses pembelajaran STM
akan mengantarkan peserta didik untuk melihat ilmu sebagai dunianya, peserta
didik akan mengenal dan memiliki pengalaman sebagaimana yang pernah dialami
oleh seorang ilmuwan. STM dengan teknologinya berusaha menyembatani antara ilmu
dan masyarakat. Penerapan ilmu sudah saatnya terus dikembangkan agar apa yang
diperoleh di bangku sekolah tidak lagi hanya sebatas pengetahuan yang sulit
dipahami karena hanya berupa konsep-kosep abstrak, sehingga sulit diterapkan di
dalam masyarakat.
Menurut Yager (Arnie
Fajar.2002:27), secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
memiliki karakteristik, sebagai berikut:
1.
Identifikasi masalah-masalah setempat
yang memiliki kepentingan dan dampak
2.
Penggunaan sumber daya setempat
(manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah.
3.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam
mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan seharihari
4.
Penekanan pada keterampilan proses,
dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah
5.
Kesempatan bagi siswa untuk berperan
sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang
telah diidentifikasi
6.
Identifikasi bagaimana sains dan
teknologi berdampak kepada masyarakat di masa depan
7.
Kebebasan atau otonomi dalam proses
belajar.
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan
bahwa pendekatan STM dilandasi oleh dua hal penting, yaitu:
1.
Adanya
keterkaitan yang erat antara sains, teknologi, dan masyarakat yang dalam
pembelajarannya menganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan bahwa si
pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan
lingkungan, dan
2.
Dalam
pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu pengetahuan, sikap, proses,
kreativitas, dan aplikasi.
B.
Pendekatan STM
dan Kaitannya dengan IPS
Keterkaitan antara sains, teknologi, dan
masyarakat tidak diragukan lagi, ini dapat dipahami melalui
pernyataan-pernyataan berikut ini. Sebuah komite nasional Amerika yaitu National
Committee Science and Society (NCSS), mengeluarkan buku yang berjudul “Ilmu
Eksakta dan Ilmu Pengetahuan Sosial” menunjukkan betapa pentingnya membahas
dampak sosial dari kemajuan dan permasalahan ilmiah. Resume ini paling tidak
memberikan pengenalan pentingnya STM sebagai jembatan antar program eksakta dan
program IPS.
William H. Cartwright (Arnie fajar.
2002;36), menyatakan bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan erat
dan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan
fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah akan berpengaruh terhadap alam di
mana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan di atas maka kita harus
menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu alam dengan ilmu pengetahuan
sosial.
Pada
awalnya pendekatan STM ini diperuntukkan bagi mata pelajaran IPA, akan tetapi
pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Dengan
alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah dan menarik di dalam
kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS. Untuk mengatasai isu
atau masalah yang timbul di masyarakat tersebut, siswa dapat mengaplikasikan
konsep pendidikan STM yang telah dipelajari. Perkembangan dan pemanfaatan
IPTEK, khususnya media elektronika menciptakan terjadinya desa global yang batas-batas
negara tidak ada lagi. Teknologi mempunyai hubungan erat dengan pendidikan
karena dengan pendidikan diharapkan menghasilkan manusia-manusia yang
berkualitas mempunyai kemampuan yang tinggi pada akhirnya menguasai teknologi
modern. Pendidikan sangat menentukan kemampuan masyarakat menyerap dan
menggunkan teknologi modern.
Sains
dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai inovasi dalam bidang
sains dan teknologi yang mengarah pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Kemajuan
sains dan teknologi seringkali berdampak pada terjadinya masalah-masalah dalam
masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi sering tidak
diiringi kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Misalnya berbagai
siaran televisi melalui satelit komunikasi, menimbulkan berbagai permasalahan
terhadap anak didik, misalnya menjadi malas belajar, dan mudah meniru hal-hal
yang negatif dari adegan film. Pencemaran dapat berpengaruh terhadap kesehatan
fisik biologis, dan mental psikologis, dan masih banyak contoh lagi dari
kehidupan sekitar kita.
Dampak negatif
dari perkembangan dan penerapan sains dan teknologi mengakibatkan berbagai
ketimpangan, misalnya goncangan fisik (pshysical shock) dan
kejiwaan (psychological shock). Contohnya kedatangan turis dari manca
negara ke Indonesia mempengaruhi tingkah laku maupun budaya masyarakat
setempat, dimana para remaja merasa gaul dan rasa percaya diri tinggi jika
mengikuti mode dari luar, misalnya cara berpakaian, perilak, makanan, potongan
dan warna rambut.
Peran
IPS disini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan pada
berpikir bagaimana menghadapi dampak sosial sebagai akibat perkembangan dan
penerapan sains dan teknologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada
akhirnya diharapkan mereka dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai
gejolak-gejolak sosial, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu
sendiri.
Pendekatan
STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru, melainkan dapat
disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang telah ada. Dengan pendekatan STM ini
dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi
harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendekatan STM dalam pembelajaran IPS
akan dibangun suatu dimensi baru, yang lebih menekankan pada segi pragmatis
yang mengungkapkan hal-hal yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan
aspek kehidupan siswa.
Agar
pelaksanaannya pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan baik,
maka sebagai seorang guru kiranya penting untuk mengetahui tahap-tahapnya.
Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1.
Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan
eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah actual yang ada di masyarakat.
2.
Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa
membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi,
eksperimen, dan diskusi.
3.
Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian
masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal
pembelajaran berdasar konsep yang telah dipahami siswa.
4.
Tahap pemantapan konsep, dimana guru
memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
5.
Tahap evaluasi, dapat berupa evaluai
proses maupun evaluasi hasil.
DAFTAR
PUSTAKA
Asri
Buston. (2009). Pendekatan Belajar
Pengetahuan Sains, Teknologi Dan Masyarakat. http://aplikasifisika.blogspot.com,
diakses 3 Maret 2014.
Hidayati. Pendekatan Inquiry, Problem Solving, Dan Sains
Teknologi Dan Masyarakat (STM). Http://pjjpgsd.dikti.go.id, diakses 3 Maret 2014.