TUGAS RESUME
PERKEMBANGAN INTELEK
DAN PERKEMBANGAN BAHASA
Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik yang dibina oleh
Drs. H. Zainuddin, M.Pd
Oleh
Yulis Nurmayanti
Hendrik Gunawan
2A Reguler B
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan resume ini. Resume ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah PEKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK, yang berjudul
“Perkembangan Intelek dan Perkembangan Bahasa”.
Dalam penyusunan resume ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Resume ini telah disusun
berdasarkan bahan yang ada, namun kami menyadari bahwa resume ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan
akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pontianak, Maret 2013
Penyusun
Kelompok 4
PERKEMBANGAN INTELEK DAN PERKEMBANGAN BAHASA
A.
Perkembangan Intelek
1.
Pengertian dan
Klasifikasi Intelegensi
Intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang
relatif menetap dalam proses berfikir untuk membuat hubungan – hubungan
tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan
mengevaluasikan. inteligensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan
kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif,
termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Intelektual
berfungsi dalam pembentukan konsep yang dilakukan melalui pengindraan
pengamatan, tanggapan, ingatan, dan berfikir.
Fungsi Intelektual berkaitan degan intelegensi dinyatakan
sebagai kecerdasan. Kecerdasan
intelektual atau intelegensi
merupakan suatu kapasitas atau suatu kecakapan potensial yang terdiri atas:
Faktor G (General factors) yang mendasari hampir semua perbuatan individu; Faktor
S (Spesial factors) yang berfungsi dalam pembuatan khusus yang khas, mirip
dengan bakat; dan Faktor C (Common factors) yang merupakan rumpun dari beberapa
factor khusus.
Kecerdasan intelektual seseorang yang biasa dikenal dengan istilah
IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan
hasil bagi usia mental dengan usia kronologis/kalender dikalikan dengan
seratus. Kecerdasan dalam populasi dikatagorikan sebagai berikut:
· 70 – 79 : Tingkat IQ rendah atau mental yang
kurang.
· 80 – 89 : Tingkat IQ rendah yang masih dalam
kategori normal
· 90 – 109 : Tingkat IQ normal atau biasa
· 110 – 119 : Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal
(Bright Normal)
· 120 – 129 : Tingkat IQ superior
· 130 – 139 : Tingkat IQ sangat superior
· 140 ≥ : Tingkat IQ genius
2.
Struktur
Pengetahuan dan Tahap Perkembangan Kognitif
Pembentukan struktur pengetahuan dikembangkan berdasarkan
konsep dasar teori kognitif Piaget yang ditemukan berkenaan dengan adanya urutan
yang sama dalam perkembangan kognitif anak, tetapi ada perbedaan dalam waktu
seseorang mencapai tahap perkembangan kognitif tertentu. Perkembangan
kognitif merupakan proses psikologis
yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan
pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati,
mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang
berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif ke dalam empat
tahap yaitu:
1)
Tahap Sensorimotor ( 0 – 2 Tahun ): pada tahap
ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal
lingkungannya.
2)
Tahap Pra – Operasional ( 2 – 7 Tahun ): pada
fase ini anak belajar mengenal lingkungan dengan menggunakan symbol bahasa,
peniruan, dan permainan.
3)
Tahap Konkret Operasional ( 7 – 11 Tahun ):
pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas mengkonservasi angka melalui tiga macam
proses operasi, yaitu:
a.
Negasi sebagai kemampuan
anak dalam mengerti proses terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan
antara keduanya.
b.
Resiprokasi sebagai
kemampuan anak untuk melihat hubungan timbal balik.
c.
Identitas dalam mengenal
benda – benda yang ada.
4)
Tahap Formal Operasional ( 11 tahun – dewasa
): Pada fase ini anak sudah dapat berfikir abstrak, hipotesis, dan sistematis
mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal – hal yang akan dan mungkin
terjadi.
Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut,
diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya.
Misalnya peserta didik usia SD berada pada tahap konkret cara mengembangkan
kemampuan kognitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan
dengan menggunakan benda – benda konkret atau menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran.
3.
Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Ada beberapa fator yang turut menentukan dan mempengaruhi
perkembangan intelek anak. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Kondisi organ
penginderaan sebagai saluran yang dilalui kesan indera dalam perjalanan ke otak
(kesadaran).
2)
Intelegensi atau tingkat kecerdasaan
mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti atau memahami sesuatu.
3)
Kesempatan belajar yang
diperoleh anak.
4)
Tipe pengalaman yang
didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapatkan pengalaman
secar tidak langsung dari orang lain atau informasi dalam buku, film, dsb.
5)
Jenis kelamin, karena pembentukan
konsep anak laki – laki atau perempuan sejak kecil telah dilatih dengan cara
yang dianggap sesuai dengan jenis kelaminnya.
6)
Kepribadian anak dalam
memandang kehidupan dan menggunkan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan berdasarkan pada penyesuaian diri dan cara pandang
anak terhadap dirinya sendiri (konsep diri).
Beberapa konsep umum pada anak adalah konsep mengenai
kehidupan dan kematian konsep kausalitas atau hubungan sebab akibat, konsep
ruang, konsep bilangan, konsep waktu, konsep uang, konsep keindahan dan
kecantikan, konsep lucu gembira dan senang, konsep moral, konsep diri, serta
konsep sosial termasuk konsep teman dan kelas sosial.
Dalam perkembangan intelek, dapat juga terjadi kendala dan
bahaya seperti berikut ini yang mempengaruhi perkembangan anak secara
keselurahan.
1)
Kelambanan perkembangan
otak yang dapat mempengaruhi kemampuan bermain dan belajar di sekolah serta
penyesuaian diri dan sosial anak.
2)
Konsep yang keliru dan
salah yang disebabkan informasi yang salah, pengalaman terbatas, mudah percaya,
penalaran keliru, dan imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak
realistis, serta salah menafsirkan arti.
3)
Kesulitan dalam
membenarkan konsep yang salah dan tidak realistik. Hal ini biasanya berkenaan
dengan konsep diri dan sosial, yang kadang mengakibatkan kebingungan pada anak
sehingga menghambat penyesuaian diri dan sosial anak.
B.
Perkembangan Bahasa
1.
Pengertian, Fungsi, dan
Keterampilan Berbahasa
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol – simbol yang
disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk
kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam
suatu komunitas atau masyarakat (Sinolunagan, 1997; Semiawan 1998).
Ada tiga kompenen utama bahasa yaitu: a. Bentuk atau form
yang mencangkup sintaksis, morfologi dan fonologi, b. Isi atau content yang
menliputi makna atau semantik, dan c. Penggunaan atau use yang mencangkup
pragmatik. Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu
keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
2.
Pola Perkembangan Bahasa
Anak
Perkembangan bahasa
anak sebagai alat atau media komunikasi telah dimulai sejak lahir. Bentuk
bahasa atau prabicara yang paling sederhana dan digunakan pada masa bayi dengan “menangis” untuk mengungkapkan perasaan dirinya kepada orang lain, kemudian
berkembang dalam bentuk “celoteh atau ocehan”
dengan cara mengeluarkan bunyi yang belum jelas. Kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota badan yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara. Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik
bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berfikir)
anak sudah mulai berfungsi dengan baik.
Semakin awal anak dapat berbicara, maka semakin banyak waktu
berlatih yang mereka peroleh untuk berlatih bicara, dan semakin besar pula
kemudahan mereka berbicara dan meningkatkan rasa percaya dirinya. Seiring
dengan pertambahan usia anka, kemampuan berbicara atau berbahasanya semakin
baik.
Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara)
pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan
fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalah yang dipikirkan orang
dewasa.
3.
Faktor dan Kendala dalam
Mempelajari Keterampilan Berbahasa
Ada beberapa faktor penyebab diantara lain sebagai berikut:
1)
Kesehatan : Anak yang sehat lebih cepat belajar
berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit.
2)
Kecerdasan : Anak yang memiliki kecerdasan tinggi,
akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih
baik dari pada anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3)
Jenis Kelamin : Anak perempuan lebih baik dalam
belajar bahasa dari pada anak laki – laki.
4)
Keluarga : Semakin banyak anggota keluarga, akan
semakin sering mendengar dan berbicara.
5)
Keinginan dan Dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan
dengan teman sebaya.
6)
Kepribadian : Anak yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik cenderung memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik
dari pada anak yang mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan
sosial.
Hambatan atau kesulitan perkembangan bahasa terjadi apabila
anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa anak awal. Potensi anak
untuk berbahasa memerlukan waktu, kesabaran, dan dukungan dalam proses
pembelajaran dan pelatihan berbahasa. Biasakan anak menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Berikan mereka dorongan agar berani berbicara dan memiliki kebiasaan membaca serta menulis
yang baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar