Rabu, 26 Februari 2014

Perkembangab Intelek dan Perkembangan Bahasa

TUGAS RESUME
PERKEMBANGAN INTELEK
DAN PERKEMBANGAN BAHASA

Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik yang dibina oleh
Drs. H. Zainuddin, M.Pd

Oleh
Yulis Nurmayanti
Hendrik Gunawan

2A Reguler B


















PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan resume  ini. Resume ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah PEKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK, yang berjudul “Perkembangan Intelek dan Perkembangan Bahasa”.
Dalam penyusunan resume ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Resume ini telah disusun berdasarkan bahan yang ada, namun kami menyadari bahwa resume ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.


Pontianak,  Maret 2013
Penyusun




                                                                                                Kelompok 4



PERKEMBANGAN INTELEK DAN PERKEMBANGAN BAHASA


A.      Perkembangan Intelek

1.        Pengertian dan Klasifikasi Intelegensi

Intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam proses berfikir untuk membuat hubungan – hubungan tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasikan. inteligensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Intelektual berfungsi dalam pembentukan konsep yang dilakukan melalui pengindraan pengamatan, tanggapan, ingatan, dan berfikir.
Fungsi Intelektual berkaitan degan intelegensi dinyatakan sebagai kecerdasan. Kecerdasan intelektual atau intelegensi merupakan suatu kapasitas atau suatu kecakapan potensial yang terdiri atas: Faktor G (General factors) yang mendasari hampir semua perbuatan individu; Faktor S (Spesial factors) yang berfungsi dalam pembuatan khusus yang khas, mirip dengan bakat; dan Faktor C (Common factors) yang merupakan rumpun dari beberapa factor khusus.
Kecerdasan intelektual seseorang yang biasa dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis/kalender dikalikan dengan seratus. Kecerdasan dalam populasi dikatagorikan sebagai berikut:
·      70 – 79       : Tingkat IQ rendah atau mental yang kurang.
·      80 – 89       : Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal 
·      90 – 109     : Tingkat IQ normal atau biasa
·      110 – 119   : Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal)
·      120 – 129   : Tingkat IQ superior
·      130 – 139   : Tingkat IQ sangat superior
·      140 ≥          : Tingkat IQ genius

2.        Struktur Pengetahuan dan Tahap Perkembangan Kognitif

Pembentukan struktur pengetahuan dikembangkan berdasarkan konsep dasar teori kognitif Piaget yang ditemukan berkenaan dengan adanya urutan yang sama dalam perkembangan kognitif anak, tetapi ada perbedaan dalam waktu seseorang mencapai tahap perkembangan kognitif tertentu. Perkembangan kognitif  merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yaitu:
1)   Tahap Sensorimotor ( 0 – 2 Tahun ): pada tahap ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya.
2)   Tahap Pra – Operasional ( 2 – 7 Tahun ): pada fase ini anak belajar mengenal lingkungan dengan menggunakan symbol bahasa, peniruan, dan permainan.
3)   Tahap Konkret Operasional ( 7 – 11 Tahun ): pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas  mengkonservasi angka melalui tiga macam proses operasi, yaitu:
a.       Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
b.      Resiprokasi sebagai kemampuan anak untuk melihat hubungan timbal balik.
c.       Identitas dalam mengenal benda – benda yang ada.
4)   Tahap Formal Operasional ( 11 tahun – dewasa ): Pada fase ini anak sudah dapat berfikir abstrak, hipotesis, dan sistematis mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal – hal yang akan dan mungkin terjadi.

Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya. Misalnya peserta didik usia SD berada pada tahap konkret cara mengembangkan kemampuan kognitifnya, terutama pembentukan pengertian dan konsep, dilakukan dengan menggunakan benda – benda konkret atau menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.

3.        Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek

Ada beberapa fator yang turut menentukan dan mempengaruhi perkembangan intelek anak. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1)   Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui kesan indera dalam perjalanan ke otak (kesadaran).
2)   Intelegensi atau tingkat kecerdasaan mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti atau memahami sesuatu.
3)   Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4)   Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapatkan pengalaman secar tidak langsung dari orang lain atau informasi dalam buku, film, dsb.
5)   Jenis kelamin, karena pembentukan konsep anak laki – laki atau perempuan sejak kecil telah dilatih dengan cara yang dianggap sesuai dengan jenis kelaminnya.
6)   Kepribadian anak dalam memandang kehidupan dan menggunkan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan berdasarkan pada penyesuaian diri dan cara pandang anak terhadap dirinya sendiri (konsep diri).

Beberapa konsep umum pada anak adalah konsep mengenai kehidupan dan kematian konsep kausalitas atau hubungan sebab akibat, konsep ruang, konsep bilangan, konsep waktu, konsep uang, konsep keindahan dan kecantikan, konsep lucu gembira dan senang, konsep moral, konsep diri, serta konsep sosial termasuk konsep teman dan kelas sosial.
Dalam perkembangan intelek, dapat juga terjadi kendala dan bahaya seperti berikut ini yang mempengaruhi perkembangan anak secara keselurahan.
1)   Kelambanan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri dan sosial anak.
2)   Konsep yang keliru dan salah yang disebabkan informasi yang salah, pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran keliru, dan imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah menafsirkan arti.
3)   Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah dan tidak realistik. Hal ini biasanya berkenaan dengan konsep diri dan sosial, yang kadang mengakibatkan kebingungan pada anak sehingga menghambat penyesuaian diri dan sosial anak.




B.       Perkembangan Bahasa

1.        Pengertian, Fungsi, dan Keterampilan Berbahasa

Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol – simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolunagan, 1997; Semiawan 1998).
Ada tiga kompenen utama bahasa yaitu: a. Bentuk atau form yang mencangkup sintaksis, morfologi dan fonologi, b. Isi atau content yang menliputi makna atau semantik, dan c. Penggunaan atau use yang mencangkup pragmatik. Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

2.      Pola Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan  bahasa anak sebagai alat atau media komunikasi telah dimulai sejak lahir. Bentuk bahasa atau prabicara yang paling sederhana dan digunakan pada masa bayi  dengan “menangis” untuk mengungkapkan  perasaan dirinya kepada orang lain, kemudian berkembang dalam bentuk “celoteh atau ocehan”  dengan cara mengeluarkan bunyi yang belum jelas. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota badan yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Anak dikatakan siap atau matang berbicara  dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berfikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik.
Semakin awal anak dapat berbicara, maka semakin banyak waktu berlatih yang mereka peroleh untuk berlatih bicara, dan semakin besar pula kemudahan mereka berbicara dan meningkatkan rasa percaya dirinya. Seiring dengan pertambahan usia anka, kemampuan berbicara atau berbahasanya semakin baik.
Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara) pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalah yang dipikirkan orang dewasa.

3.      Faktor dan Kendala dalam Mempelajari Keterampilan Berbahasa

Ada beberapa faktor penyebab diantara lain sebagai berikut:
1)   Kesehatan : Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit.
2)   Kecerdasan : Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik dari pada anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3)   Jenis Kelamin : Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa dari pada anak laki – laki.
4)   Keluarga : Semakin banyak anggota keluarga, akan semakin sering mendengar dan berbicara.
5)   Keinginan dan Dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya.
6)   Kepribadian : Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik dari pada anak yang mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan sosial.


Hambatan atau kesulitan perkembangan bahasa terjadi apabila anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa anak awal. Potensi anak untuk berbahasa memerlukan waktu, kesabaran, dan dukungan dalam proses pembelajaran dan pelatihan berbahasa. Biasakan anak menggunakan bahasa yang baik dan benar. Berikan mereka dorongan agar berani berbicara  dan memiliki kebiasaan membaca serta menulis yang baik dan benar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar