Rabu, 26 Februari 2014

Suku Korowai Irian Jaya

TUGAS INDIVIDU
KEHIDUPAN MASYARAKAT
SUKU KOROWAI DI IRIAN JAYA

Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Perspektif Global yang dibina oleh
Drs. H. Suhardi Marli, M. Pd

Oleh
Yulis Nurmayanti
F32112023

2A Reguler B


















PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan penyusunan makalah kelompok ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perspektif Global, yang berjudul “Suku Pedalaman di Indonesia, Suku Korowai Papua”.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan saya terima dengan senang hati. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.


Pontianak,  Juni 2013
Penyusun


Yulis Nurmayanti



DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .................................................................................................... 1
B.     Pokok Permasalahan ........................................................................................... 2
C.     Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Suku Korowai ................................................................................... 3
B.     Budaya – Budaya Suku Korowai ........................................................................ 3
C.     Keunikan Masyarakat Suku Korawai .................................................................. 5
D.    Kehidupan Suku Korawai .................................................................................... 6

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B.     Saran ................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tanah Papua memang menyimpan sejuta pesona. Selain hutan rimbanya yang misterius, budaya yang berlindung dibalik rerimbunan klorofil juga sangat menawan.  Selain flora dan fauna yang masih lestari ditambah panorama alam yang sedap dipandang mata, Bumi Cendrawasih ini juga memiliki keunikan yang tidak banyak diketahui oleh orang banyak.
Selain keindahan dan kekayaan alamnya, kehidupan suku-suku di Papua sangatlah menarik. Salah satunya adalah Suku Korowai, yang tinggal di rumah pohon setinggi 15 hingga 50 meter. Mereka punya pelajaran tentang kecintaan terhadap alam. Suku Korowai mendiami wilayah Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Jika berkunjung ke rumah pohon Suku Korowai, maka kita harus menelusuri lebat dan liarnya hutan Papua. Menelusuri hutan lebat Papua, berarti menelusuri hutan yang masih sangat alami dan tidak pernah dirusak oleh tangan-tangan manusia. Menjaga kelestarian alam adalah tanggung jawab dari Suku Korowai. Mereka sangat peduli dengan alam Papua.
Sepanjang jalan kita akan menemukan satwa-satwa, seperti burung urip atau nuri Papua, serangga hutan, kupu-kupu hutan dan bahkan burung cendrawasih yang berkeliaran bebas di hutan tersebut. Pepohonan-pepohonan yang besar dan mempunyai tinggi puluhan meter, terik matahari, serta udara yang sejuk.
Pada ahun 1970-an lalu, di mana seorang misionaris Kristen datang ke sana dan mulai hidup bersama suku Korowai. Dari misionaris ini pula lah pada akhirnya suku Korowai mempelajari bahasa mereka, yaitu bahasa Awyu-Dumut, sebuah bahasa dari wilayah tenggara Papua. Pada tahun 1979, misionaris Belanda tersebut mendirikan sebuah pemukiman yang disebut Yarinuma. Di sini tinggal suku Korowai yang telah terbuka pada dunia luar. Biasanya yang datang kemari adalah anggota suku Korowai yang masih muda.
Selanjutnya, Pada tahun 1995, George Steinmetz, seorang fotografer mendokumentasikan suku orang-orang yang tinggal di pohon di Irian Jaya. Mereka sebelumnya tidak pernah berinteraksi dengan orang asing dan mereka tidak mengenal bahasa mereka hanya memakai bahasa suku saja.
Jauh dipedalaman rimba Papua, tepat dikaki gunung Jaya Wijaya terdapat suku Korowai yang tinggal di pesisir sungai Brazza.  Kunjungan lain juga dilakukan oleh Rupert Stasch, seorang antropolog dari Reed College, Oregon. Stasch tinggal selama 16 bulan bersama suku Korowai untuk mempelajari kebudayaan mereka. Hasil penelitiannya ini kemudian diterbitkan dalam jurnal Oceania. Pada bulan Januari – Februari 2011, tim Human Planet BBC juga mendatangi suku Korowai untuk mengabadikan kebudayaan mereka yang unik dalam membangun rumah. Kurang lebih 3.000 orang yang tergabung dalam masyarakat suku Korowai tinggal dengan cara yang masih sangat tradisional dan menjaga adat istiadat yang mereka percaya.
B.       Pokok Permasalahan

a. Seperti apakah keunikan suku Korowai di Papua?
b. Bagaimanakah kehidupan suku Korowai?

C.       Tujuan
Tujuan saya menulis makalah tentang suku koroeai di Irian jaya adalah karena keunikan dari suku tersebut. Dimana suku tersebut berada di dalam kawasan yang tidak mengenal dunia luar sehingga kehidupan masyarakat Korowai masih sangat tradisional.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Suku Korowai
  
Suku Korowai adalah suku yang tinggal di tanah Indonesia. Secara geografis, masyarakat Korowai adalah penduduk Indonesia. Namun jangan tanyakan hal tersebut oleh masyarakat Korowai, berada di perkampungan masyarakat Korowai seakan berada di tempat lain yang tidak terpetakan. Menuju ke tempat ini pun harus ditempuh dengan perjalanan udara, menelusuri sungai, berjalan kaki menembus belantara serta melewati rawa dan lumpur.
Suku Korowai hidup di pedalaman hutan rimba kaki Gunung Jaya Wijaya, Papua, Indonesia. Sampai sekarang suku ini masih dalam kondisi Primitif alias belum kenal pendidikan (baca & tulis). Cara hidup yang unik dan menyatu dengan alam membuat tempat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun manca negara.

Secara lokasi, dapat dipastikan kehidupan masyarakat Korowai masih sangat tradisional. Tidak ada rumah sakit atau fasilitas umum lainnya. Semua seakan menyatu dengan alam yang menjadi nilai luhur masyarakat Korowai. Uniknya tidak hanya cara hidup yang masih tradisional, masyarakat Korowai juga dikenal dengan sebutan “manusia pohon” karena rumah mereka memang berada diatas pohon.

Sangat jarang ditemukan artikel tentang kehidupan mereka dalam bahasa Indonesia. Justru banyak peneliti asing yang mengunjungi mereka dan mempelajari kehidupan suku mereka yang unik.
B.     Budaya – Budaya Suku Korowai
Suku Korowai adalah salah satu suku di Irian yang tidak memakai koteka. Berikut beberapa dari budaya-budaya Suku Korowai:
1.    Kaum lelaki suku ini memasuk-paksa-kan penis mereka ke dalam kantong jakar (scrotum) dan kemudian pada ujungnya mereka balut ketat dengan sejenis daun.

2.    Sementara kaum perempuan hanya memakai rok pendek terbuat dari daun sagu. Sagu adalah makanan utama mereka.

3.    Senjata mereka adalah panah yang matanya terbuat dari tulang.

4.    Rumah Pohon Suku Korowai.
C.     Keunikan Masyarakat Suku Korowai
     
Masyarakt Suku Korawai tinggal di Rumah Pohon sangatlah unik. Mereka membangun rumah di atas pohon supaya tidak terganggu dari serangan binatang buas. Bahan yang digunakan untuk membuat rumah pohon tersebut, berasal dari rawa dan hutan di sekitar mereka. Seperti kayu, rotan, akar, dan ranting pohon. Sungguh suatu keajaiban dunia. Bahan-bahan yang sederhana tersebut dapat dibentuk menjadi sebuah rumah yang kokoh dan indah di pohon dengan ketinggian 15 hingga 50 meter.
Tinggi di atas tanah sebuah hutan, jauh di hutan dataran rendah berawa Papua, rumah pohon menyapa mata penjelajah dari penjuru dunia. Rumah pohon di ketinggian lebih dari 80 kaki di atas tanah. Ini adalah konstruksi suku Korowai, suku yang menghiasi tubuh mereka dengan tulang dan salah satu di antara adat mereka adalah kanibalisme.
Rumah pohon yang dibangun dengan kayu yang diambil dari hutan sekitar tempat tinggal yang ingin mereka bangun dengan menggunakan kapak yang terbuat dari batu. Rumah ini melindungi diri dari panas dan serangga di bawah hutan belantara, melindungi mereka pula dari banjir yang menghadang ketika musim hujan. Selain itu rumah ini memiliki fungsi yakni sebagai benteng tempat berlindung ketika terjadi konflik antar suku.
Rumah-rumah sederhana itu terbuat dari pelepah daun nipah, pohon penghasil sagu. Untuk atap nya dan alas rumah dibuat dari kulit katu balsa yg diserut dengan pisau karang. Hal ini membuat rumah pohon tidak lah sederhana karena letaknya yg berada 40-50 m dari atas tanah. Rumah yang dapat menampung 5 keluarga ini proses pembangunannya membutuhkan waktu minimal 2 thn.

Sebenarnya hal ini tidak cocok jika Suku Korowai dianggap suku primitif. Terlihat dari ketatnya aturan dalam hal etika kesusilaan dibanding dengan masyarakat modern pada umumnya. Terbukti, kondisi rumah berukuran 6 X 11 X 7 meter terbut terbagi 2 ruangan yakni ruang laki-laki dan ruang wanita lengkap dengan beranda masing-masing. Kaum laki-laki tidak boleh masuk keruangan wanita, begitu juga sebaliknya.

Jangankan masuk, untuk berbicara pun tidak dilakukan secara tatap muka melainkan melalui pembatas. Pengecualian bagi laki-laki yg masih menyusui boleh berada dalam ruangan wanita sampai berhenti menyusu. Bilik wanita juga sekaligus menjadi tempat penyimpanan semua harta kekayaan dan binatang peliharaan, mulai dari kalung taring babi,gigi anjing, kalung kerang hingga anjing dan babi.

Diatas ketinggian hingga mencapai 20 meter, masyarakat Korowai tinggal lazimnya orang yang tinggal di rumah pada umumnya. Uniknya, lokasi rumah yang berada diketinggian pohon tersebut, tidak menjadi masalah bagi para penghuninya termasuk orang tua (kakek, nenek) anak kecil, ibu yang menggendong bayi hingga wanita hamil sekalipun.

Rumah pohon yang ditinggali masyarakat Korowai terbuat dari kayu yang diambil dari sekitar hutan. Cara membangun rumah ini pun masih menggunakan metode tradisional dengan menggunakan kapak yang terbuat dari batu. Rumah pohon bagi masyarakat Korowai adalah hal yang sangat krusial dalam kehidupan. Rumah Pohon dibuat untuk menghindari serangan binatang buas serta nyamuk penyebar malaria. Selain itu, rumah pohon juga sangat berguna untuk mengontrol hewan perburuan seperti babi hutan.
Terdapat beberapa alasan mengapa suku Korowai membuat rumah di atas pohon yang sangat tinggi:
·      Menghindari gangguan binatang buas,
·      Srategi berburu, karena dari atas pohon mereka dapat dengan leluasa mengontrol rusa dan babi hutan yang melintas di bawah rumahnya,
·      Tentunya karena adat istiadat mereka yang telah turun temurun, serta paktor alam yang membuat mereka merasa lebih aman.
Ketika kita naik dan  sudah berada di rumah pohon, ‘lautan’ hutan yang hijau dan awan yang biru akan membuat Anda ingin lebih lama tinggal di rumah pohon. Dari ketinggian puluhan meter di atas tanah, kita dapat melihat dengan jelas hutan Papua yang lebat dan indah. Mungkin, bisa dibilang kita sedang melihat sebagian ‘paru-paru’ Indonesia.
D.    Kehidupan Masyarakat Suku Korowai
Selain masyarakat suku Korowai memiliki rumah pohon yang sangat tinggi, ada beberapa alasan mereka meninggalkan rumah pohonnya yang sangat tinggi, antara lain:
1.    Suku Korowai hanya turun dari rumah untuk mencari makanan, seperti buah-buahan dan daging. Uniknya, mereka berburu hanya sedang lapar.
2.    Selain itu, mereka juga tidak pernah menebang sembarang pohon. Mereka menebang pohon hanya untuk keperluan secukupnya. Maka tidak heran, jika sudah sejak ratusan tahun Suku Korowai menetap di hutan Papua, namun hutannya masih lebat dan terjaga kelestarian flora dan faunanya.Kadang kita harus berkaca pada kehidupan Suku Korowai tentang keseimbangan alam. Bertamu ke rumah pohon Suku Korowai, akan menambah kekayaan pada diri Anda tentang ilmu dan kesadaran mencintai alam.
3.    Mereka terampil berburu, seperti berburu mangsa termasuk kasuari dan babi hutan.

Suku ini masih dalam perdagangan benda seperti tulang perhiasan dan pisau, dan mungkin baru diperkenalkan kepada logam dan ide pakaian di tahun 1970-an, ketika misionaris pertama tiba. Alat-alat seperti bambu yang tajam digunakan untuk mengiris daging, kerang untuk menampung air, dan air panas di batu tempat memasak.
Uniknya, walaupun sama-sama suku dari Papua, tidak semua diantara para suku itu bisa memanjatnya rumah Korowai. Ada teknik tertentu dan hanya suku rumah pohon yang bisa melakukannya. Jika sampai terpeleset bakal terjatuh dan dipastikan luka parah bahkan kematian bakal merengut. Soal memanjat, suku Korowai adalah ahlinya, bayangkan bagaimana mereka membawa anjing dan babi dari bawah dibawa naik kedalam rumah dan sebaliknya.

Wanita Korowai juga gemar berdandan, mulai dari hidung yg di gantungi perhiasan dari rotan dan kalung dari kerang. Lengan berhias gelang akar rotan dan cawat kecil buat menutupi aurat. Sedangkan kaum laki-laki hanya bertelanjang bulat.
Saat sebagian besar anggota suku Korowai mulai mau turun pohon untuk bermukim dirumah-rumah biasa, mereka semakin terbuka untuk  berbincang-bincang dengan orang dari luar suku mereka. Beberapa anggota suku korowai dengan keras membantah kalau sukunya memiliki kegemaran pemakan manusia.

Mereka menjelaskan, apa yang dilakukan hanyalah sebatas ritual untuk mengingatkan kepada pihak lain bahwa yg dilakukan sudah kelewat batas. Mereka yang sudah hidup didaratan mengatakan suku Korowai tidak main panah bila bertemu pendatang baru atau suku lainnya. Apalagi kemudian memakan dagingnya.

a.         Kanibalisme juga hal yang umum dalam sejarah kedua suku karowai. Kanibalisme penting dalam dunia gaib, mirip kepercayaan untuk Korowai dan mungkin juga telah dilakukan sebagai bagian dari sistem peradilan pidana mereka. Sepertinya pohon tidak dipercaya pada alam kematian, tetapi kematian yang disebabkan oleh sihir – juga diyakini menjadi penyebab perang antar suku.
Masyarakat Korowai tidak mengonsumsi daging manusia secara sembarangan. Berdasarkan kepercayaan yang mereka anut, suku Korowai hanya membunuh manusia yang dianggap melanggar aturan dalam kepercayaan mereka. Salah satunya jika salah seorang warga diketahui sebagai tukang sihir atau khuakhua.


b.         Babi dalam budaya suku Korowai digunakan dalam penyelesaian sengketa-antara keluarga, dan juga dikorbankan dalam kompleks ketika upacara dengan membiarkan darah mereka ke dalam sungai sebagai korban ke salah satu dewa. Babi berperan dalam kehidupan agama Korowai juga yang diisi dengan semua jenis roh – di atas semua roh leluhur mereka yang dikorbankan adalah binatang pada saat kesulitan.

c.         Pesta adat yang yang dinikmati oleh suku Korowai adalah makan dari Sagu, makanan lain yang lezat adalah tempayak dari kumbang Capricorn, yang merupakan hasil panenan dari pohon sagu.

 



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Suku Korowai adalah suku yang tinggal di tanah Indonesia. Secara geografis, masyarakat Korowai adalah penduduk Indonesia. Namun jangan tanyakan hal tersebut oleh masyarakat Korowai, berada di perkampungan masyarakat Korowai seakan berada di tempat lain yang tidak terpetakan. Menuju ke tempat ini pun harus ditempuh dengan perjalanan udara, menelusuri sungai, berjalan kaki menembus belantara serta melewati rawa dan lumpur.
Secara lokasi, dapat dipastikan kehidupan masyarakat Korowai masih sangat tradisional. Tidak ada rumah sakit atau fasilitas umum lainnya. Semua seakan menyatu dengan alam yang menjadi nilai luhur masyarakat Korowai. Uniknya tidak hanya cara hidup yang masih tradisional, masyarakat Korowai juga dikenal dengan sebutan “manusia pohon” karena rumah mereka memang berada diatas pohon.
Alasan adat mungkin menjadi alasan kuat mengapa suku Korowai masih mempertahankan rumah pohon hingga saat ini. Hal tersebut mungkin yang membuat suku Korowai merasa nyaman untuk tinggal dirumah pohon tersebut karena mengandung nilai adat istiadat yang tinggi dan dijaga secara turun temurun. 

B.       Saran
Masyarakat Korowai sering dianggap terbelakang dari perkembangan sosial yang terjadi pada ranah domestik maupun internasional. Namun masyarakat Korowai ini adalah bukti nyata kepedulian sebuah tatanan adat istiadat yang sangat menghargai dan menghormati budaya serta alam yang selama ini menjadi nilai dasar kehidupan mereka. Selain itu, keunikan rumah pohon yang menjadi tempat tinggal masyarakat Korowai juga menjadi simbol pentingnya kebudayaan dan adat istiadat sebagai tulang punggung kehidupan.
Apabila ingin mengenal masyarakat suku Korowai di Papua Irian Jaya, Kita juga dapat melihat kehidupan suku korowai di link http://www.youtube.com/watch?v=p61KqiQZAiw , atau cara membuat rumah pohon suku korowai di http://www.youtube.com/watch?v=3k_YQDBI85o



DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar